23. Pelarungan Tumpeng Agung
Prosesi larung atau “menenggelamkan tumpeng” adalah bentuk tertinggi dari ungkapan syukur dan permohonan berkah warga setempat. Ini merupakan inti dari upacara Larung Sesaji. Air dipercaya sebagai medium spiritual yang menghubungkan manusia dengan kekuatan alam dan para roh leluhur penjaga telaga.
Dengan melarungkan tumpeng ke tengah danau, masyarakat mempercayai bahwa doa dan harapan akan disampaikan kepada roh leluhur penjaga Telaga Sarangan serta kepada Yang Maha Kuasa melalui alam semesta. Harapan dari masyarakat setempat dengan dilakukannya ritual melarung ini agar bumi Sarangan tetap lestari, aman dan terhindar dari berbagai macam marabahaya.
24.Makan Bersama
Tradisi ini bukan sekadar makan-makan, tetapi merupakan ungkapan syukur atas keselamatan dan kelancaran seluruh prosesi adat yang baru saja dilaksanakan. Segala doa yang dipanjatkan dan persembahan yang diberikan diakhiri dengan menyatu dalam rasa syukur. Makanan yang dibagikan dalam kenduri diyakini sudah mendapatkan berkah dari prosesi sakral sebelumnya. Menikmatinya menjadi bagian dari mengalirkan energi kebaikan kepada seluruh warga masyarakat Telaga Sarangan.
25. Hiburan Rakyat
Walau disebut "hiburan", pertunjukan ini sarat makna. Reog dan Jatilan bukan sekadar tontonan, melainkan bagian dari warisan budaya spiritual yang erat dengan penghormatan pada leluhur, penjagaan alam, dan penguatan identitas budaya lokal. Pertunjukan Reog dipilih sebagai hiburan rakyat di Sarangan karena diyakini bahwa, menurut cerita yang berkembang secara turun-temurun, para leluhur di Telaga Sarangan pernah menempuh perjalanan dengan jalan kaki dari Sarangan ke Ponorogo untuk menimba ilmu dan mempelajari seni Reog. Tidak ada pembatas antara penonton dan pemain. Reog dan Jatilan ditampilkan untuk rakyat, oleh rakyat menyatukan seluruh lapisan masyarakat dalam satu lingkar budaya yang meriah.