WEB LAMA
18 Agustus 2019

SEJARAH SINGOLANGU

Singolangu merupakan salah satu daerah yang biasa disebut sebagai lingkungan dan berada di bawah wilayah administratif Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Singolangu terletak pada koordinat 7°40'05.1"S 111°13'37.6"E, lebih kurang 3 km dari Telaga Sarangan. Daerah Singolangu berada di perbukitan, sehingga suhu udara dan tingkat kelembaban di daerah ini cenderung rendah. Belum diketahui secara pasti sejak kapan daerah ini dinamai Singolangu. Belum ditemukan dokumen tertulis serta sumber terdahulu yang secara tersurat memberikan informasi pasti tentang wilayah tersebut. Meskipun demikian, terdapat cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Singolangu tentang awal mula keberadaan wilayah tesebut. Salah satu orang yang paham tentang cerita sejarah Singolangu yang berkembang di tengah masyarakat adalah Mbah Rum[1], salah seorang sesepuh di Singolangu. Menurut penyampaian beliau, dahulu ada seorang yang bernama Singorejo yang bermukim di dekat lokasi Sendang Sanggar. Pada saat itu wilayah Singolangu belum seramai seperti pada saat ini. Lokasi disekitar Sendang Sanggar diyakini sebagai wilayah awal tempat bermukim orang-orang di wilayah tersebut.             Kemudian pada satu waktu ada orang-orang yang berasal dari Keraton Surakarta melewati wilayah tersebut. Orang-orang ini melakukan perjalanan ke Kedungputri, sebuah wilayah di daerah Ngawi. Rombongan ini beristirahat di wilayah tersebut dan singgah ke kediaman Singorejo yang bermukim di wilayah itu.             Singorejo menyuguhi rombongan yang beristirahat ini dengan makanan singkong. Ketika menyicipi makanan tersebut, orang-orang dari Keraton Surakarta ini mengataka bahwa singkong yang mereka makan tersebut memiliki rasa langu[2]. Berdasarkan hal tersebut, orang-orang ini berkata bahwa jika kelak wilayah tersebut sudah ramai dihuni oleh orang-orang, maka wilayah itu dinamai dengan nama Singolangu. Kata Singo berasal dari nama pemilik rumah yang mendiami wilayah tersebut (Singorejo) dan nama Langu berasal dari rasa singkong yang dimakan oleh rombongan Keraton Surakarta yang singgah ke wilayah tersebut.             Terdapat versi lain dari cerita yang berkembang di tengah masyarakat Singolangu tentang sejarah daerah tersebut. Versi lain mengatakan bahwa pada zaman dulu ada sepasang manusia yang berkelana ke berbagai belahan bumi. Kedua orang terssebut tidak diketahui asalnya. Keduanya berkelana ke berbagai tempat tanpa henti, hingga sampailah keduanya di suatu wilayah dan memutuskan untuk menetap di sana.             Kedua pasangan tersebut akhirnya saling memadu kasih dan memiliki keturunan setelah sekian lama bermukim di daerah tersebut. Pada suatu waktu kedua pasangan ini saling bercengkrama. Si Lelaki berkata bahwa pada masa yang akan datang dia dan istrinya akan mendapatkan titisan sejati dari Tuhan Yang Maha Esa. Dia berharap bahwa kelak anak cucunya di masa yang akan datang tetap berkumpul dan meramaikan wilayah tersebut. Kemudian lelaki tersebut berkata kepada istrinya bahwasanya apabila besok mereka sudah meninggal dunia, maka mereka berdua akan dikuburkan secara terpisah. Lelaki tersebut akan dikuburkan di sebelah timur wilayah itu, sedangkan istrinya akan dikuburkan di sebelah utara. Kelak arwah mereka akan menjaga dan mengawasi keberlangsungan wilayah tersebut.             Karena wilayah yang didiami oleh kedua pasangan tersebut sudah mulai ramai dihuni oleh anak keturunannya, kemudian mereka berdua mulai berpikir untuk memberi nama wilayah tersebut. Setelah berpikir untuk menemukan nama yang tepat untuk wilayah tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk memberi nama wilayah itu denga nama Singolangu. Singolangu berasal dari dua kata, yakni Singo dan Langu. Singo merupakan lambing dari macan, menyimbolkan lelaki tersebut, sedangkan Langu melambangkan ular yang identik dengan naga, menyimbolkan wanita istri dari lelaki tersebut. Oleh karena itu Singolangu mengandung arti singa yang bersatu dengan naga, yang menyimbolkan persatuan antara sepasang manusia tersebut yang dari keturunannya menjadi cikal bakal orang-orang yang menghuni wilayah tersebut.     Referensi Wawancara dengan Bapak Rin (Mbah Rum) pada 28 Juli 2019, pukul 16.30-17.15 WIB. https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Langu pada 29 Juli 2019, pukul 11.08 WIB.     [1] Wawancara dengan Bapak Rin (Mbah Rum) pada 28 Juli 2019, pukul 16.30-17.15 WIB.   [2] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), langu memiliki arti bau atau rasa yang tidak sedap (tentang bau atau rasa tembakau yang tidak kering, rasa ketela mentah). Diakses dari https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Langu pada 29 Juli 2019, pukul 11.08 WIB.
PRIMA SUHARDI PUTRA, SH, MH (LURAH)    SURATNO (SEKRETARIS KELURAHAN SARANGAN )    SRI ENDANG WAHYUNI, S.SOS (KASI PMEBERDAYAAN MASYARAKAT)    SETIA HADI (STAF)